Makan merupakan kebutuhan
utama manusia, tidak dapat digantikan dengan apapun. Dalam memilih makanan, seseorang
dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain faktor ekonomi, agama, pendidikan, pengetahuan,
gaya hidup dan geografis. Tapi tahukah anda, apapun makanan yang masuk ke dalam
tubuh akan sia-sia jika sembarangan waktu dan perpaduan komposisinya?. Manusia sering
kali mengolah makanan dengan menjodoh jodohkan antara satu bahan dengan bahan yang
lainnya, tanpa dibarengi pengetahuan komposisi dasarnya, alhasil tercipta makanan
yang memanjakan lidah, tetapi menyiksa tubuh. Lidah merasakan keletezatannya, sementara
tubuh bekerja keras merombak dan mencerna tanpa bisa mendapatkan hasil yang bisa
diserap, karena padupadan kompisisi yang salah menyebabkan kerusakan zat gizi yang
terkandung pada makanan tersebut, ditambah pengolahan dengan panas yang superlama
menjadikannya SEMPURNA.. ya kehilangan zat gizi yang sempurna, maka makanan yang
masuk kedalam tubuh tinggal sampah.
Lalu, bagaimana kalau
yang masuk ke tubuh hanyalah sampah? Tidak menyebabkan mati seketika, tapi perlu
diketahui bahwa kerusakan besar itu bersifat akumulatif. Kebugaran tubuh sangat
ditentukan oleh apa yang kita makan karena itu satu-satunya asupan yang diterima
tubuh. Jadi, kita adalah aktor utama yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas
kesehatan kita. Ingat, sehat saja tidak cukup, harus sehat dan berkualitas.
Sejarah food combining
Catatan sejarah menerangkan
bahwa food combining juga dilakukan oleh bangsa Esseni di Palestina sekitar 2000
tahun yang lampau. Bangsa Esseni di Palestina mengikuti ajaran taurat yang
masih murni. Ajaran bangsa Esseni yang berhubungan dengan pola makan yang diantaranya,
tidak menggabungkan roti dan daging pada waktu yang bersamaan, juga susu dan daging,
tidak makan darah, bangkai, dan daging binatang yang diharamkan (daging babi, ikan
tanpa sirip atau insang dan binatang melata). Serta tidak makan berlebihan. Selanjutnya,
pola makan dengan metode food combining kembali dipopulerkan di Jerman sekitar tahun
1800-an, dan sejak itu menyusul di Eropa, Amerika dan Australia (Anonim, 2015).
Popularitas cara makan ini kembali terangkat pada tahun 1920-an, Dr. William Howard
Hay, ahli bedah ternama di Amerika Serikat membuktikan bagaimana penyakit ginjal
kronis, pembengkakan jantung, dan tekanan darah tinggi yang dideritanya selama bertahun-tahun
sembuh hanya dalam tiga bulan setelah menjalani pola makan sehat yang kemudian dinamai
food combining. Sementara itu dewasa ini Dr. Shinya, ahli gastroenterolog Jepang
yang terkemuka di dunia melakukan observasi kesehatan pencernaan manusia, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pelaku food combining memiliki usus besar yang bersih.
Kenapa harus dirujuk?
Food combining mengatur
waktu makan sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia dan padupadan jenis makanan yang
dikonsumsi. Waktu makan disesuaikan kebutuhan tubuh, sehingga mampu diserap tubuh
secara optimal. Selain waktu makan, food combining juga memperhatikan padupadan
makanan yang dimakan, padupadan makanan yang masuk, akan mempengaruhi sistem kerja
pencernaan dan kondisi tubuh dalam hal ini pH darah. pH (atau tingkat keasaman)
memiliki andil besar dalam kesehatan manusia. Menu makanan yang sesuai dengan kaidah
food combining adalah karbohidrat (asam) dengan sayur dan lauk tempe tahu (protein
nabati) (basa) Atau sayuran (basa), seafood
atau daging ayam (asam). Intinya, asam tidak bertemu asam, karena kenaikan asam
pada darah manusia menimbulkan banyak penyakit. Salah satunya adalah kanker, karena
sel kanker tumbuh pada suasana darah asam.
Materi Selengkapnya . . . .
Materi Selengkapnya . . . .
0 komentar:
Posting Komentar