Tagged Under:

Diskusi Mingguan #16: Hidup Sehat dan Berkualitas dengan Food Combining

Oleh : Vivi Nur’aini


Makan merupakan kebutuhan utama manusia, tidak dapat digantikan dengan apapun. Dalam memilih makanan, seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain faktor ekonomi, agama, pendidikan, pengetahuan, gaya hidup dan geografis. Tapi tahukah anda, apapun makanan yang masuk ke dalam tubuh akan sia-sia jika sembarangan waktu dan perpaduan komposisinya?. Manusia sering kali mengolah makanan dengan menjodoh jodohkan antara satu bahan dengan bahan yang lainnya, tanpa dibarengi pengetahuan komposisi dasarnya, alhasil tercipta makanan yang memanjakan lidah, tetapi menyiksa tubuh. Lidah merasakan keletezatannya, sementara tubuh bekerja keras merombak dan mencerna tanpa bisa mendapatkan hasil yang bisa diserap, karena padupadan kompisisi yang salah menyebabkan kerusakan zat gizi yang terkandung pada makanan tersebut, ditambah pengolahan dengan panas yang superlama menjadikannya SEMPURNA.. ya kehilangan zat gizi yang sempurna, maka makanan yang masuk kedalam tubuh tinggal sampah.
Lalu, bagaimana kalau yang masuk ke tubuh hanyalah sampah? Tidak menyebabkan mati seketika, tapi perlu diketahui bahwa kerusakan besar itu bersifat akumulatif. Kebugaran tubuh sangat ditentukan oleh apa yang kita makan karena itu satu-satunya asupan yang diterima tubuh. Jadi, kita adalah aktor utama yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas kesehatan kita. Ingat, sehat saja tidak cukup, harus sehat dan berkualitas.
Sejarah food combining
Catatan sejarah menerangkan bahwa food combining juga dilakukan oleh bangsa Esseni di Palestina sekitar 2000 tahun yang lampau. Bangsa Esseni di Palestina mengikuti ajaran taurat yang masih murni. Ajaran bangsa Esseni yang berhubungan dengan pola makan yang diantaranya, tidak menggabungkan roti dan daging pada waktu yang bersamaan, juga susu dan daging, tidak makan darah, bangkai, dan daging binatang yang diharamkan (daging babi, ikan tanpa sirip atau insang dan binatang melata). Serta tidak makan berlebihan. Selanjutnya, pola makan dengan metode food combining kembali dipopulerkan di Jerman sekitar tahun 1800-an, dan sejak itu menyusul di Eropa, Amerika dan Australia (Anonim, 2015). Popularitas cara makan ini kembali terangkat pada tahun 1920-an, Dr. William Howard Hay, ahli bedah ternama di Amerika Serikat membuktikan bagaimana penyakit ginjal kronis, pembengkakan jantung, dan tekanan darah tinggi yang dideritanya selama bertahun-tahun sembuh hanya dalam tiga bulan setelah menjalani pola makan sehat yang kemudian dinamai food combining. Sementara itu dewasa ini Dr. Shinya, ahli gastroenterolog Jepang yang terkemuka di dunia melakukan observasi kesehatan pencernaan manusia, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelaku food combining memiliki usus besar yang bersih.
Kenapa harus dirujuk?
Food combining mengatur waktu makan sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia dan padupadan jenis makanan yang dikonsumsi. Waktu makan disesuaikan kebutuhan tubuh, sehingga mampu diserap tubuh secara optimal. Selain waktu makan, food combining juga memperhatikan padupadan makanan yang dimakan, padupadan makanan yang masuk, akan mempengaruhi sistem kerja pencernaan dan kondisi tubuh dalam hal ini pH darah. pH (atau tingkat keasaman) memiliki andil besar dalam kesehatan manusia. Menu makanan yang sesuai dengan kaidah food combining adalah karbohidrat (asam) dengan sayur dan lauk tempe tahu (protein nabati) (basa)  Atau sayuran (basa), seafood atau daging ayam (asam). Intinya, asam tidak bertemu asam, karena kenaikan asam pada darah manusia menimbulkan banyak penyakit. Salah satunya adalah kanker, karena sel kanker tumbuh pada suasana darah asam.


Materi Selengkapnya . . . .
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

Our Location